Langsung ke konten utama

Cara Mempersiapkan Dana untuk Anak Sekolah: Tips Realistis dari Pengalaman Orang Tua

 Cara Mempersiapkan Dana untuk Anak Sekolah: Tips Realistis dari Pengalaman Orang Tua


Mempersiapkan dana untuk pendidikan anak memang bisa terasa berat, apalagi mengingat biaya pendidikan yang terus naik tiap tahun. Saat memikirkan biaya sekolah untuk anak saya dulu, saya sempat merasa kewalahan. Namun, setelah beberapa kali riset dan coba-coba, akhirnya saya menemukan beberapa cara yang cukup efektif dan bisa diterapkan oleh siapa saja. Yuk, saya bagikan pengalaman saya tentang mempersiapkan dana pendidikan anak dari nol, dengan harapan bisa membantu kamu juga!


1. Menentukan Target Dana dengan Realistis


Pertama-tama, penting banget untuk tahu berapa sebenarnya dana yang dibutuhkan. Di awal, saya sempat asal menabung tanpa tahu persis target dana yang saya kejar. Tapi setelah saya hitung-hitung dan riset biaya sekolah di beberapa institusi, saya jadi punya gambaran yang lebih jelas. Setiap tahunnya, rata-rata kenaikan biaya sekolah bisa mencapai 10-15%, apalagi kalau kita mengincar sekolah yang cukup berkelas.


Langkah pertama yang saya lakukan adalah memetakan dana pendidikan dari tingkat dasar hingga universitas. Ada kok kalkulator dana pendidikan di internet yang bisa bantu hitung perkiraan biaya. Setelah dapat angkanya, kita jadi bisa menetapkan berapa yang perlu ditabung tiap bulan.


2. Mulai Menabung Sejak Dini


Menabung dari awal adalah kunci. Saya pernah mencoba menunda-menunda, dan akhirnya malah jadi merasa kewalahan. Menabung sedikit demi sedikit setiap bulan terasa lebih ringan daripada harus mempersiapkan dana dalam jumlah besar sekaligus. Saran saya, buat rekening khusus untuk pendidikan anak. Saya sendiri memilih rekening tanpa kartu ATM supaya tidak tergoda mengambil dana tersebut. Setiap kali dapat penghasilan, saya selalu menyisihkan persentase tertentu untuk dana pendidikan ini.


Dan ngomong-ngomong soal nominal, kita bisa pakai metode "porsi kecil". Jadi, daripada harus langsung nabung besar, coba mulai dengan 5-10% dari penghasilan, lalu naikkan persentasenya seiring waktu. Ingat, semakin dini kita mulai, semakin ringan beban nabungnya.


3. Manfaatkan Investasi yang Aman dan Menguntungkan


Nah, ini bagian yang menurut saya paling penting karena menabung saja mungkin tidak cukup untuk mengejar inflasi biaya pendidikan yang lumayan tinggi. Jadi, saya memilih untuk menaruh sebagian dari dana pendidikan ke dalam instrumen investasi yang terbilang aman, seperti reksa dana pasar uang atau obligasi ritel.


Banyak orang tua memilih instrumen yang rendah risiko, seperti reksa dana pasar uang atau deposito. Namun, kalau kamu berani ambil risiko sedikit lebih tinggi, saham atau reksa dana saham bisa jadi pilihan untuk jangka panjang. Saat itu, saya memilih reksa dana campuran karena memiliki risiko yang sedang dan potensi imbal balik yang lumayan untuk jangka panjang.


Data dari tahun 2024 menunjukkan bahwa reksa dana pasar uang rata-rata memiliki imbal hasil sekitar 4-6% per tahun. Ini cukup membantu untuk melawan inflasi. Sedangkan untuk reksa dana saham, rata-rata imbal hasilnya bisa mencapai 10% atau lebih. Walaupun risikonya ada, hasilnya juga bisa sangat membantu dalam jangka panjang.


4. Memanfaatkan Asuransi Pendidikan


Selain investasi, saya juga mempertimbangkan asuransi pendidikan. Memang, ada pro dan kontra tentang asuransi pendidikan ini. Sempat ragu juga, tapi setelah saya pahami lebih lanjut, saya memutuskan untuk menggunakannya sebagai cadangan. Asuransi pendidikan punya kelebihan, yaitu proteksi jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan pada pencari nafkah utama.


Namun, jangan anggap asuransi pendidikan sebagai pengganti tabungan atau investasi. Asuransi hanya menjadi pelengkap. Pilih produk asuransi pendidikan yang sesuai dengan kemampuan finansial kita dan pelajari baik-baik manfaatnya sebelum memutuskan untuk membeli.


5. Kurangi Pengeluaran yang Tidak Perlu


Ini mungkin terdengar klise, tapi benar-benar efektif. Sewaktu mempersiapkan dana untuk sekolah anak, saya mulai lebih ketat dalam mengelola pengeluaran. Misalnya, mengurangi makan di luar, mengurangi pembelian yang tidak terlalu penting, hingga meminimalkan berlangganan yang tidak terlalu terpakai. Hasilnya ternyata lumayan!


Saya membuat daftar pengeluaran setiap bulan, lalu mengkategorikan mana yang bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan. Dana yang tadinya saya pakai untuk hal-hal yang kurang penting, akhirnya bisa dialihkan untuk tabungan pendidikan. Mungkin memang terasa sedikit restriktif, tapi hasilnya cukup signifikan dan berdampak jangka panjang.


6. Ajarkan Anak Menghargai Pendidikan Sejak Dini


Selain mempersiapkan dana, saya juga mulai mengajarkan anak-anak untuk menghargai pendidikan sejak dini. Mengapa? Karena saya ingin mereka mengerti bahwa pendidikan adalah investasi yang berharga, bukan sekadar formalitas. Selain itu, dengan mengajarkan mereka menghargai pendidikan, mereka juga jadi lebih memahami pentingnya tabungan ini.


Saya biasanya mengajak anak berbicara tentang tujuan sekolah mereka dan bagaimana biaya pendidikan bekerja. Ini juga bisa membantu mereka lebih menghargai setiap fasilitas yang mereka miliki di sekolah, serta membuat mereka memahami upaya yang kita lakukan sebagai orang tua untuk mendukung masa depan mereka.


7. Rutin Mengevaluasi Rencana Keuangan


Rencana keuangan nggak bisa dibuat sekali terus ditinggal begitu saja. Kita perlu secara rutin mengevaluasi dan memperbarui target tabungan. Misalnya, saya melakukan evaluasi setiap enam bulan atau setahun sekali untuk melihat apakah target masih relevan dan sesuai dengan kondisi keuangan terbaru.


Selain itu, kondisi ekonomi bisa berubah, termasuk kenaikan inflasi atau perubahan pendapatan kita. Kalau ternyata ada penurunan pendapatan, saya biasanya menyesuaikan pengeluaran atau mencari cara untuk menambah penghasilan tambahan agar rencana tabungan tetap berjalan. Evaluasi ini penting agar kita tetap ada di jalur yang benar dan bisa mencapai target sesuai rencana.


8. Cari Sumber Penghasilan Tambahan


Jika merasa tabungan atau investasi belum cukup, jangan ragu untuk mencari sumber penghasilan tambahan. Saya sendiri sempat berpikir untuk mengambil kerja sampingan atau berjualan online untuk menambah tabungan pendidikan anak. Rasanya memang berat di awal, tapi ketika hasilnya mulai terlihat, semua usaha itu jadi sangat berharga.


Banyak peluang usaha atau pekerjaan freelance yang bisa kita manfaatkan di era digital sekarang ini, mulai dari menulis, desain grafis, hingga menjadi agen asuransi atau berjualan online. Cobalah untuk menemukan sesuatu yang bisa dilakukan di waktu luang tanpa mengganggu pekerjaan utama, dan hasilnya bisa disisihkan untuk tabungan pendidikan.


9. Selalu Tetap Positif dan Realistis


Terakhir, jangan lupa untuk tetap berpikir positif dan realistis. Kadang, kita merasa panik ketika melihat biaya sekolah yang terus naik atau merasa tertekan karena harus menabung lebih besar. Tapi percayalah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Menabung dan berinvestasi untuk pendidikan memang proses jangka panjang yang penuh tantangan, tapi hasilnya sepadan.


Saya pun mengalami pasang surut dalam perjalanan menabung untuk pendidikan anak. Ada saat-saat di mana saya merasa nggak akan cukup, tapi ketika saya tetap konsisten, semuanya pelan-pelan mulai membuahkan hasil.


Kesimpulan


Mempersiapkan dana pendidikan anak memang memerlukan komitmen dan kesabaran. Dimulai dari menetapkan target yang jelas, menabung sejak dini, hingga mengelola pengeluaran dengan bijak, semua langkah ini bisa membantu kamu membangun fondasi finansial yang kuat untuk pendidikan anak di masa depan. Yang penting, jangan pernah putus asa. Semua usaha yang kita lakukan akan jadi investasi terbaik untuk masa depan anak-anak. Jadi, yuk mulai dari sekarang, meski dengan langkah kecil sekalipun!



Komentar