Cari Blog Ini
ZonaEkonomi.com: Informasi zona ekonomi, peluang investasi, dan bisnis di kawasan ekonomi khusus untuk mendukung kesuksesan Anda.
Ads
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Inflasi & Ketahanan Pangan: Waspadai Bahaya Inflasi 2025
Inflasi 2025, Harga pangan dan Kebijakan Bank Sentral
Mengapa Kita Harus Peduli?
Inflasi 2025 bukan sekadar angka di CMIC atau BI — ia akan dirasakan langsung di dapur kita. Ketika harga pangan melonjak, daya beli masyarakat turun. Anak muda usia 18–40, seperti kita, akan merasakan dampaknya saat belanja bahan pokok. Menurut BPS, inflasi IHK pada Januari 2025 tercatat 0,76 % — yang artinya kenaikan harga pangan sudah mulai menggerus kantong.
Oleh karena itu, saya akan menjelaskan secara lengkap:
1. Prediksi Inflasi 2025
2. Penyebab kenaikan harga pangan (beras, daging, cabai)
3. Kebijakan BI dalam meredam inflasi
4. Dampak terhadap sektor riil: perbankan, kredit, dan masyarakat
baca juga Ekonomi Dunia 2025
Prediksi Inflasi 2025: Tren dan Driver Utama
Bank Indonesia menargetkan inflasi IHK 2025 pada kisaran 2,5 ± 1 %. Gubernur Perry Warjiyo dan tim RDG menegaskan bahwa inflasi inti tetap berada di angka ~2,5 % yoy, sementara volatile food (makanan pokok) stabil sekitar 0,6 % yoy berkat pasokan terjaga dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan .
Faktor Penyebab:
- Fluktuasi harga energi (BBM dan listrik)
- Gangguan cuaca dan rantai pasok pangan
- Nilai tukar Rupiah yang bervariasi
Harga Pangan: Aman, Tapi Tidak Boleh Santai
Menurut FAO, Food Price Index turun tipis -0,8 % di Mei 2025 menjadi 127,7 poin. Namun, tetap 6 % di atas tahun lalu, karena harga daging, susu, dan cabai masih naik .
Di Indonesia sendiri, inflasi makanan naik 1,03 % YoY pada Mei 2025, meski turun dari 2,17 % di April . Artinya, fluktuasi harga pangan tetap menjadi perhatian utama BI dan pemerintah.
Kebijakan BI: BI‑Rate & Intervensi Moneter
BI menyesuaikan arah kebijakan moneter:
-
BI‑Rate awal Januari: 5,75 %, kemudian diturunkan menjadi 5,50 % per Mei
2025 .
-
Alasan penurunan: inflasi terkendali dan dukung pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, bank sentral menjaga nilai tukar Rupiah lewat NDF, DNDF, dan intervensi di pasar sekunder. Semua untuk menstabilkan inflasi dan menjaga kredit perbankan tetap mengalir saat suku bunga turun .
Dampak pada Masyarakat & Sektor Riil
- 1. Daya beli warga menurun: harga pokok naik, inflasi makanan tinggi.
- 2. Kredit perbankan tertahan: bunga deposito & kredit masih ~6–9 %, meski BI‑Rate turun .
- 3. UMKM lebih rentan terhadap biaya naik: harga bahan baku tinggi → margin mengecil.
- 4. Perbankan menghadapi dilema: menurunkan suku bunga demi pertumbuhan, tapi terlilit risiko inflasi tinggi.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Belajar smart budgeting: planning belanja bulanan agar tidak boros.
- Diversifikasi konsumsi: kurangi barang mahal—seperti daging—ganti protein nabati.
- Update informasi BI rate & kurs Rupiah: untuk keputusan kredit atau investasi.
- Dukung program nasional: seperti GNPIP dan kebijakan subsidi pangan.
Kesimpulan
Inflasi 2025 membawa kombinasi risiko terhadap daya beli, stabilitas ekonomi, dan kredit. Bank Indonesia berusaha menjaga inflasi di target lewat BI‑Rate dan intervensi moneter. Namun, kenaikan harga pangan tetap menjadi tantangan utama.
Mari kita menjadi bagian dari solusi: memahami tren, bijak membeli, dan mendukung kebijakan pro-kemanusiaan.
Apa strategi kamu agar bertahan di tengah inflasi? Tulis di kolom komentar! Jika berguna, silakan bagikan artikel ini untuk saling mengingatkan keluarga dan sahabat.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Popular posts

Statistik Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2024: Pertumbuhan dan Tantangan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya

Peran Pemerintah Dalam Menstabilkan Ekonomi Nasional
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar